Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

IHSG Anjlok, Cermati 5 Saham yang Masih Layak Dikoleksi

saham ihsg anjlok 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru-baru ini mengalami tekanan hebat di tengah gejolak ekonomi global dan ketidakpastian pasar finansial. Penurunan IHSG yang cukup signifikan ini membuat banyak investor panik dan memilih menjual saham mereka secara terburu-buru. Namun, di tengah sentimen negatif ini, ada peluang tersembunyi yang justru menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang. Beberapa saham dari perusahaan dengan fundamental kuat tetap menunjukkan potensi pertumbuhan yang solid dan masih layak dikoleksi saat harga berada pada titik undervalue.

Investor cerdas melihat pelemahan pasar bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai momen terbaik untuk akumulasi saham berkualitas dengan harga diskon. Artikel ini akan mengulas secara mendalam lima saham yang tetap layak dikoleksi meski IHSG sedang mengalami tekanan. Penilaian ini didasarkan pada kinerja fundamental perusahaan, prospek sektor industri, hingga strategi pertumbuhan jangka panjang yang dimiliki masing-masing emiten.

1. BBCA (PT Bank Central Asia Tbk)

PT Bank Central Asia Tbk atau yang lebih dikenal dengan BBCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Di tengah turbulensi pasar, BBCA masih menjadi primadona di sektor perbankan karena kekuatan fundamentalnya yang luar biasa. Meskipun harga sahamnya ikut terkoreksi akibat pelemahan IHSG, banyak analis tetap merekomendasikan BBCA sebagai salah satu saham yang layak dikoleksi.

Kinerja Fundamental

BBCA dikenal memiliki manajemen risiko yang sangat baik. Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu, BBCA berhasil menjaga kualitas kredit dengan Non Performing Loan (NPL) yang rendah dan rasio kecukupan modal (CAR) yang sehat. Selain itu, BBCA juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang stabil setiap tahunnya, bahkan saat pandemi.

Prospek Jangka Panjang

Dengan digitalisasi yang semakin masif di sektor keuangan, BBCA juga termasuk bank yang paling progresif dalam pengembangan layanan digital. Aplikasi BCA mobile dan internet banking terus diperbarui untuk memberikan layanan terbaik bagi nasabah. Ekspansi ke sektor digital banking menjadi pendorong utama pertumbuhan bisnis BBCA dalam jangka panjang.

Alasan Layak Dikoleksi

Harga saham BBCA yang mengalami penyesuaian merupakan peluang emas bagi investor jangka panjang untuk membeli aset premium dengan harga diskon. Kemampuan bank ini dalam menghadapi krisis dan mempertahankan profitabilitas membuatnya tetap menjadi salah satu blue chip paling solid di BEI.

2. TLKM (PT Telkom Indonesia Tbk)

PT Telkom Indonesia Tbk atau TLKM merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di sektor telekomunikasi dan digital. Meskipun industri telekomunikasi sempat stagnan, TLKM tetap berhasil menjaga kinerja bisnisnya dengan baik. Di tengah IHSG yang melemah, saham TLKM justru semakin menarik karena valuasinya yang mulai undervalue.

Kinerja Fundamental

TLKM memiliki pendapatan yang konsisten dan memiliki margin EBITDA yang sehat. Perusahaan ini juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari sektor digital, seperti layanan cloud, big data, dan infrastruktur digital melalui anak perusahaannya, Telkomsel dan IndiHome. Kontribusi sektor digital menjadi tulang punggung pertumbuhan di masa depan.

Prospek Jangka Panjang

Ekspansi Telkom ke sektor digital seperti data center, edge computing, dan layanan digital business solution menjadikannya salah satu pemain kunci dalam transformasi ekonomi digital Indonesia. Dengan jumlah pelanggan mencapai ratusan juta, TLKM memiliki basis data pengguna yang sangat kuat untuk dikembangkan lebih lanjut.

Alasan Layak Dikoleksi

Saat IHSG anjlok, TLKM adalah salah satu saham yang terdampak namun fundamentalnya tetap tangguh. Dividen yang rutin dibagikan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Dengan dukungan pemerintah dan posisinya sebagai market leader, TLKM adalah saham yang cocok dikoleksi untuk strategi investasi jangka panjang.

3. UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk)

PT Unilever Indonesia Tbk atau UNVR adalah salah satu perusahaan barang konsumen terbesar di Indonesia. Di tengah fluktuasi pasar saham, UNVR mengalami tekanan harga saham yang cukup tajam. Namun, bukan berarti perusahaan ini kehilangan daya tariknya di mata investor jangka panjang.

Kinerja Fundamental

Meskipun sempat mengalami stagnasi pertumbuhan laba akibat tekanan daya beli masyarakat dan persaingan ketat, UNVR masih memiliki kekuatan dari sisi brand dan distribusi. Produk-produk seperti Lifebuoy, Sunsilk, Pepsodent, dan Rinso masih menjadi pemimpin pasar di kategorinya masing-masing. Manajemen perusahaan juga melakukan berbagai efisiensi biaya operasional untuk menjaga margin keuntungan.

Prospek Jangka Panjang

Potensi pertumbuhan masih terbuka lebar seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan perawatan pribadi. Selain itu, penetrasi pasar di daerah-daerah yang belum tergarap secara optimal masih menjadi peluang ekspansi yang menjanjikan.

Alasan Layak Dikoleksi

UNVR adalah saham defensif yang biasanya tahan terhadap krisis. Ketika IHSG melemah, saham-saham konsumsi seperti UNVR biasanya cenderung lebih stabil karena produk-produknya tetap dikonsumsi masyarakat dalam kondisi apapun. Koreksi harga saat ini dapat dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap.

4. SMGR (PT Semen Indonesia Tbk)

PT Semen Indonesia Tbk atau SMGR merupakan produsen semen terbesar di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, sektor konstruksi memang mengalami perlambatan akibat pandemi dan tekanan ekonomi global. Namun, SMGR tetap menunjukkan kinerja yang solid dengan strategi diversifikasi dan efisiensi yang tepat sasaran.

Kinerja Fundamental

SMGR memiliki pangsa pasar yang besar, baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor. Setelah melakukan akuisisi terhadap Holcim Indonesia (sekarang Solusi Bangun Indonesia), SMGR memperluas jangkauannya secara signifikan. Manajemen perusahaan juga fokus pada peningkatan efisiensi energi dan logistik.

Prospek Jangka Panjang

Pemerintah Indonesia memiliki program jangka panjang untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, dan kawasan industri. Sektor konstruksi diprediksi akan kembali menggeliat, dan SMGR sebagai pemain utama akan sangat diuntungkan. Selain itu, proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi peluang besar untuk meningkatkan permintaan semen di masa depan.

Alasan Layak Dikoleksi

Harga saham SMGR saat ini berada pada valuasi yang menarik. Meski kinerja belum sepenuhnya pulih, arah pertumbuhan jangka panjangnya sangat menjanjikan. Saham ini cocok untuk investor yang ingin mendiversifikasi portofolio ke sektor infrastruktur dan material dasar.

5. MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk)

PT Merdeka Copper Gold Tbk atau MDKA adalah perusahaan tambang logam yang fokus pada eksplorasi dan produksi emas serta tembaga. Di tengah ketidakpastian global, harga emas cenderung naik sebagai aset safe haven. Hal ini membuat MDKA menjadi salah satu saham sektor komoditas yang potensial untuk dikoleksi saat IHSG turun.

Kinerja Fundamental

MDKA mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Lokasi tambang yang strategis serta pengelolaan biaya produksi yang efisien menjadikan perusahaan ini memiliki profitabilitas yang menarik. Selain itu, ekspansi ke tambang tembaga juga membuka peluang diversifikasi sumber pendapatan.

Prospek Jangka Panjang

Harga emas dan tembaga memiliki prospek cerah dalam jangka panjang, terutama di tengah tren transisi energi global dan kebutuhan terhadap logam untuk baterai kendaraan listrik. MDKA telah mengantisipasi tren ini dengan mengembangkan proyek-proyek baru yang mendukung sustainability dan efisiensi produksi.

Alasan Layak Dikoleksi

MDKA adalah saham komoditas yang memberikan paparan terhadap pergerakan harga emas dan tembaga. Dalam kondisi pasar yang tidak menentu, saham seperti MDKA dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan pasar. Valuasinya saat ini juga menarik untuk investor jangka panjang yang ingin berinvestasi pada sektor tambang.

Posting Komentar untuk "IHSG Anjlok, Cermati 5 Saham yang Masih Layak Dikoleksi"